Kalau Aku Boleh Meminta Cintailah Aku

Rabu, 18 November 2015




Gambar dari sini 
 
          Aku masih ingat saat aku masih berupa janin yang terapung-apung di cairan perut ibuku, aku sudah merasakan ada sesuatu yang tak tulus menerimaku. Sering aku terbentur-bentur saat perut ibuku seperti digoncang-goncang. Seperti aku merasakan gempa yang besar. Aku terombang-ambing begitu dasyat di bulatan penuh air ini. Kadang terasa sakit di tubuhku yang masih berkerut. Ah, ada apa dengan ibuku??? Kenapa dia  membentur-benturkan tubuhku sedemikian rupa ,membuat aku tak nyaman. Aku ingat saat usiaku 5 bulan aku kesakitan sekali. Entah kenapa. Tapi aku mendengar suara-suara ribut di luar sana , ibuku dibawa ke rumah sakit.  Terdengar suara lirih di luar sana.
            “Kenapa kau lakukan Devi. Ini berbahaya bagi kamu dan anakmu?”
            “Aku gak ingin anak ini bu. Gak ingin. Pernikahanku sudah salah bu.”
            “Tapi ini semua demi kebaikanmu Devi. Apa kamu bisa hidup dengan lelaki yang hanya kerja sebagai karyawan biasa????. Ingat itu Devi. Johan adalah pilihan terbaik untukmu. Lihat saja  rumah, mobil dan pekerjaan yang mapan. Apalagi, kamu tak akan kekurangan.”
            “Ah, ibu, itu lagi yang diomongin. Aku tak cinta dengannya bu.”
            “Cinta??? Cinta saja tak cukup Dev. Pokoknya ibu gak mau berdebat. Jangan sekali-kali lagi kau mau menggugurkan kandunganmu.” Ah, jadinya ibuku ingin menggugurkan aku??? Ada rasa perih di hatiku. Begitu perih. Aku anak yang tak diharapkan , sejak dini aku sudah terasingkan oleh ibuku sendiri. Suara lirih diluar kini tak aku dengarkan lagi, aku tak mau sakit hati. Aku harus membiasakan diriku tak disayang ibuku mulai dari sekarang. Aku anak yang tak diharapkan!!!!!

            Pagi buta sebelum matahari muncul aku sudah berteriak keras menandakan aku terlahir di dunia ini. Perasaanku kosong saat itu. Benar saja walau aku ditaruh di dada ibuku, tak ada elusan lembut dari jemarinya, hanya tatapan marah dari bola matanya. Aku mulai belajar untuk menyadari kalau aku tak diinginkan oleh ibuku. Belajar dari dulu saat aku masih di perutnya. Hari demi hari semakin aku rasakan betapa ibuku tak mencintaiku. Aku lebih banyak digendong oleh pengasuhku mbok Jar. Dan saat aku lapar aku hanya diberikan dot dengan susu formula. Padahal aku ingin sekali minum susu dari puting susu ibuku. Ingin merasakan kelembutan kulit ibuku. Tapi harapan itu tak pernah ada. Hanya mimpi!!!! Terus aku semakin menjadi anaknya mbok Jar. Kemanapun aku selalu diajak mbok Jar. Akhirnya aku merasa nyaman dengan mbok Jar. Suara tembangnya malam hari membuatku tertidur lelap. Elusan di kepalaku membuatku tenang. Kini aku mulai mencintai mbok Jar. Dia aku anggap ibuku. Mbok Jar penuh cinta  Ah, biarlah waktu yang akan membuktikannya...



            Semakin aku besar aku semakin terasing dengan ibuku. Ibuku dengan dunianya sendiri. Aku dengan mbok Jar. Aku tahu ibuku tak mencintai ayahku. Ibuku dipaksa menikah oleh nenek karena ayahku punya materi yang cukup banyak . Itu kata mbok Jar.
            “Suatu saat nanti kamu cari pasangan yang bisa menjamin hidupmu,”tukas nenek. Aku hanya mengangguk saja. Saat itu aku masih kecil dan belum mengerti apa yang dimaksud nenekku.

            Kini aku mulai mengerti . Saat aku sudah dewasa setelah mengenal cinta. Setelah aku jatuh cinta dengan mas Sony. Betapa ruang hatiku penuh dengan banyak kebahagiaan. Perhatainnya, perlindungannya begitu membuatku berbunga-bunga. Aku mearsakan cinta yang tulus dari Sony.
            “Kamu mencintai pacarmu?” tanya ibuku tiba-tiba. Baru pertama kali ini dalam hidupku ibuku bertanya padaku. Aku menatapnya heran.
            “Ya, bu. Mas Sony pilihanku. Ibu setuju kan?” tanyaku. Ibuku memalingkan mukanya. Tiba-tiba saja jantungku berdebar kencang. Bagaimana kalau ibu gak setuju dengan pilihanku???? Apa nasibku akan seperti ibuku???????
            “Kenapa bu. Ibu gak setuju?” tanyaku mendesaknya. Ibuku masih terdiam dan tak berucap sepatah katapun. Aku mulai mendesaknya untuk menjawab pertanyaanku.
            “Kalau ibu gak setuju, aku akan tetap menikah dengannya. Aku tak mau seperti ibu,”tukasku cepat. Ibu tersentak kaget dan menatapku panik. Ditatapnya mukaku lama sekali.
            “Darimana kau tahu?”  Tentu saja  aku tahu, mbok Jar yang menceriatakan senmuanya. Semua cerita tentang keluarga ibuku dan ayahku. Aku besar karena cinta dari mbok Jar bukan dari ayah ibuku. Ayah sibuk dengan kerjanya, ibuku sibuk dengan dirinya sendiri. Mana mereka peduli dengan diriku. Aku menatap ibuku yang tampak tua dari umurnya. Ibuku tak bahagia dengan hidupnya. Hanya demi nenek . Hanya demi status orang terpandang dan terkaya. Ah, aku tak beharap sama nasibku dengan ibuku. Aku tahu mas Sony bukan orang yang  kaya tapi aku yakin mas Sony mampu membahagiakan aku. Membawa keluargaku kelak menjadi keluarga yang sakinah. Setelah lama terdiam ibu menatapku dengan penuh kasih. Baru pertama kali ini aku melihat pancaran kasih dalam manik matanya. Tiba-tiba saja ada perasaan hangat yang menjalar di tubuhku. Aku rindu pelukan ibu.
            “Maafkan ibu,” tukasnya sambil merangkulku dalam pelukannya. Aku menangis dalam pelukannya. Kerinduan yang lama aku pendam kini pecah dalam balutan air mata yang menetes perlahan dari kedua pipiku. Begitu lama pelukan ibu. Aku bahagia . Merasakan kasih seoarang ibu setelah bertahun-tahun aku menunggu cinta dari ibu. Akhirnya ibu melepaskan pelukannya dan menangguk dengan senyumnya.
            “Ibu setuju. Kenalkan ibu dengan pacarmu. Kalau perlu minta pacarmu untuk melamarmu. Sudah berapa lama kamu pacaran??? Sudah waktunya kamu berumah tangga,”tukas ibuku. Aku terbelalak mendengar omongan ibuku.


            Semakin hari aku semakin merasakan kedekatan dengan ibuku. Aku menyadari ibuku salah tapi aku tahu ibuku tak memiliki cukup cinta untuk bisa mengarungi bahtera penikahannya. Dia hidup dalam sangkar emas. Tak ada cinta. Dan ibuku juga tak peduli dengan ayahku. Entah ayahku ada di mana bahkan saat tahu kalau ayah punya istri lagi, ibuku juga tak ambil peduli. Hatinya sudah mati!!!! Dan aku tahu ibu tak ingin itu terjadi pada diriku. Dia ingin aku bisa merasakan kebahagiaan dalam pernikahanku kelak.
            “Makasih bu.” Aku memeluknya lagi. Kini aku semakin dekat dengan ibuku. Setelah pulang kerja aku selalu duduk bersama ibuku untuk banyak bercerita tentang banyak hal. Seolah-olah ingin mengganti waktu yang banyak hilang sebelumnya. Ah, bahagia sedang menyapaku kini.

            Tapi ternyata seperti kilat yang menyambar , nenek dan ayah tak setuju dengan pilihanku. Ayahku memilihkan aku dengan pengusaha anak temannya. Katanya dia bakal jadi pengusaha sukses kelak yang menjamin hidupku akan bahagia. Aku diam seribu bahasa. Tak sanggup aku harus merasaakn hidup seperti ibuku.
            “Pokoknya aku gak setuju. Biarlah Sonia memilih pasangan sendiri. Ibu mau Sonia seperti diriku?” ibuku marah pada nenek.
            “Bukannya kamu bahagia?”
            “Bahagia?? Ibu lihat aku bahagia??? Ibu gak tahu gimana hatiku remuk dan berharap semua akan baik-baik saja tapi lihat suamiku punya istri lagi. Apa aku bahagia?” tanya ibuku bertubi-tubi pada nenek. Nenek tercengang . Tak disangkanya selama ini ibuku memendam banyak penderitaan Hanya saja ibuku tak mau memperlihatkannya. Ibuku tak ingin menyakiti perasaan nenek. Tapi sekarang ibuku tak mau peristiwanya terulang lagi padaku. Ibuku tak ingin.
            “Biarkanlah Sonia bahagia, bu. Aku tak ingin Sonia mengalami apa yang aku alami bu. Tolong bu. Jangan paksa Sonia,”tangis ibuku memohon pada nenek. Nenek terdiam dan aku melihatnya meneteskan air mata perlahan. Entah apa yang ada di benaknya kini.  Nenek luluh hatinya, tapi tidak dengan ayah,. Dia tetap ingin aku menikah dengan anak temannya.Saat dia bicara padaku aku seperti bicara dengan orang asing. Sungguh lucu. Masih punya ikatan tali darah tapi layaknya orang lain. Bisa-bisanya ia memaksakan kehendaknya padaku. Selama ini dia kemana saja??? Apa dia ada saat aku sakit??? Apa dia ada saat aku sedih??? Apa dia ada saat aku ingin merasakann pelukan ayah???   Tak ada sama sekali.

            Tiba-tiba saja rumahku seperti bara yang semakin panas. Perdebatan antara ibu dan ayah semakin runcing. Aku hanya bisa menonton mereka berdebat. Kadang rasa sedih menimpa dinding hatiku. Tapi ini sudah biasa. Sudah biasa sendiri tanpa mereka. Sudah biasa tak dianggap anak oleh mereka. Kini saat aku menentukan pilihan untuk hidupku, tiba-tiba saja mereka berebut bertengkar untuk hidupku. Lucu sekali. Mereka tampak seperti badut!!!!!.  Ah, sampai kapan ini berakhir???/ Kalau saja boleh aku minta, aku ingin hidupku noraml seperti layaknya orang lain. Tidak seperti ini. Kalau saja boleh tapi apa daya semua itu hanya impian.
            “Pokoknya Sonia harus dengan Pram,”teriak ayah.
            “Gak dia sudah punya pilhannya, kalau tak setuju. Biar Sonia memilih pilihannya,”tukas ibu marah. Aku memandang kedua orangtuaku. Mereka tampak seperti orang lain yang tak saling mencintai. Dua orang yang asing satu sama lain. Aku tak sudi hidup seperti mereka.
            “Boleh , Sonia pilih pacarnya tapi aku tak akan memberikan warisan padanya.”ayah marah. Tiab-tiba ayah menatapku tajam. Aku mengehela nafas dan mulai bicara  padanya.
            “Ayah, aku punya pilihan sendiri. Kalaupun aku tak mendapatkan warisanku, aku tak peduli. Selama ini aku selalu sendiri. Untungnyaa ada mbok Jar yang menyayangiku.Aku tak peduli dengan harta ayah. Aku hanya ingin kasih dari kalian berdua untukku. Selama ini aku tak pernah mendapatkannya. Aku lihat mas Sony bisa memberikan kasih untukku. Aku berharap aku bisa bahagia dengannya. Aku tak ingin seperti kalian,”tukasku  peralahan. Aku pandangi mereka. Mereka terdiam lama . Entahh apa yang ada dalam benak mereka. Aku berjalan perlahan meninggalkan mereka. Kalau saja aku boleh meminta  aku ingin mendapatkan kasih sayang dari mereka, ayah ibuku. Kalau saja boleh aku miminta cintailah aku.....


4 komentar:

Ila Rizky Says:
1 Desember 2015 pukul 14.10

wah, cinta atau uang memang dilema ya, mak. apalagi kalau dihadapkan pada pilihan yang bersebrangan dengan orang tua. :')

Wina Azam Says:
2 Desember 2015 pukul 05.55

serunya BeWe ke blog teman tuh gini, bisa baca cerpen gratis. cinta dan uang hmmm sama-sama penting. semoga sukses untuk kompetisinya mbak

Tira Soekardi Says:
2 Desember 2015 pukul 11.51

betul mbak Ila , yg berhubungan dg ortu itu yg paling berat krn berujung kita durhaka pada ortu

Tira Soekardi Says:
2 Desember 2015 pukul 11.54

iya mbak Wina pilihan yg butuh pertimbangan matang

Posting Komentar