Gambar dari sini
Aku
masih ingat saat aku masih berupa janin yang terapung-apung di cairan perut
ibuku, aku sudah merasakan ada sesuatu yang tak tulus menerimaku. Sering aku
terbentur-bentur saat perut ibuku seperti digoncang-goncang. Seperti aku
merasakan gempa yang besar. Aku terombang-ambing begitu dasyat di bulatan penuh
air ini. Kadang terasa sakit di tubuhku yang masih berkerut. Ah, ada apa dengan
ibuku??? Kenapa dia membentur-benturkan
tubuhku sedemikian rupa ,membuat aku tak nyaman. Aku ingat saat usiaku 5 bulan
aku kesakitan sekali. Entah kenapa. Tapi aku mendengar suara-suara ribut di
luar sana , ibuku dibawa ke rumah sakit.
Terdengar suara lirih di luar sana.
“Kenapa kau lakukan Devi. Ini
berbahaya bagi kamu dan anakmu?”
“Aku gak ingin anak ini bu. Gak ingin.
Pernikahanku sudah salah bu.”
“Tapi ini semua demi kebaikanmu
Devi. Apa kamu bisa hidup dengan lelaki yang hanya kerja sebagai karyawan
biasa????. Ingat itu Devi. Johan adalah pilihan terbaik untukmu. Lihat
saja rumah, mobil dan pekerjaan yang
mapan. Apalagi, kamu tak akan kekurangan.”
“Ah, ibu, itu lagi yang diomongin.
Aku tak cinta dengannya bu.”
“Cinta??? Cinta saja tak cukup Dev.
Pokoknya ibu gak mau berdebat. Jangan sekali-kali lagi kau mau menggugurkan
kandunganmu.” Ah, jadinya ibuku ingin menggugurkan aku??? Ada rasa perih di
hatiku. Begitu perih. Aku anak yang tak diharapkan , sejak dini aku sudah
terasingkan oleh ibuku sendiri. Suara lirih diluar kini tak aku dengarkan lagi,
aku tak mau sakit hati. Aku harus membiasakan diriku tak disayang ibuku mulai
dari sekarang. Aku anak yang tak diharapkan!!!!!
Pagi buta sebelum matahari muncul
aku sudah berteriak keras menandakan aku terlahir di dunia ini. Perasaanku
kosong saat itu. Benar saja walau aku ditaruh di dada ibuku, tak ada elusan
lembut dari jemarinya, hanya tatapan marah dari bola matanya. Aku mulai belajar
untuk menyadari kalau aku tak diinginkan oleh ibuku. Belajar dari dulu saat aku
masih di perutnya. Hari demi hari semakin aku rasakan betapa ibuku tak
mencintaiku. Aku lebih banyak digendong oleh pengasuhku mbok Jar. Dan saat aku
lapar aku hanya diberikan dot dengan susu formula. Padahal aku ingin sekali
minum susu dari puting susu ibuku. Ingin merasakan kelembutan kulit ibuku. Tapi
harapan itu tak pernah ada. Hanya mimpi!!!! Terus aku semakin menjadi anaknya
mbok Jar. Kemanapun aku selalu diajak mbok Jar. Akhirnya aku merasa nyaman
dengan mbok Jar. Suara tembangnya malam hari membuatku tertidur lelap. Elusan
di kepalaku membuatku tenang. Kini aku mulai mencintai mbok Jar. Dia aku anggap
ibuku. Mbok Jar penuh cinta Ah, biarlah
waktu yang akan membuktikannya...
Semakin aku besar aku semakin terasing
dengan ibuku. Ibuku dengan dunianya sendiri. Aku dengan mbok Jar. Aku tahu
ibuku tak mencintai ayahku. Ibuku dipaksa menikah oleh nenek karena ayahku
punya materi yang cukup banyak . Itu kata mbok Jar.
“Suatu saat nanti kamu cari pasangan
yang bisa menjamin hidupmu,”tukas nenek. Aku hanya mengangguk saja. Saat itu
aku masih kecil dan belum mengerti apa yang dimaksud nenekku.
Kini aku mulai mengerti . Saat aku
sudah dewasa setelah mengenal cinta. Setelah aku jatuh cinta dengan mas Sony.
Betapa ruang hatiku penuh dengan banyak kebahagiaan. Perhatainnya,
perlindungannya begitu membuatku berbunga-bunga. Aku mearsakan cinta yang tulus
dari Sony.
“Kamu mencintai pacarmu?” tanya
ibuku tiba-tiba. Baru pertama kali ini dalam hidupku ibuku bertanya padaku. Aku
menatapnya heran.
“Ya, bu. Mas Sony pilihanku. Ibu
setuju kan?” tanyaku. Ibuku memalingkan mukanya. Tiba-tiba saja jantungku
berdebar kencang. Bagaimana kalau ibu gak setuju dengan pilihanku???? Apa
nasibku akan seperti ibuku???????
“Kenapa bu. Ibu gak setuju?” tanyaku
mendesaknya. Ibuku masih terdiam dan tak berucap sepatah katapun. Aku mulai
mendesaknya untuk menjawab pertanyaanku.
“Kalau ibu gak setuju, aku akan
tetap menikah dengannya. Aku tak mau seperti ibu,”tukasku cepat. Ibu tersentak
kaget dan menatapku panik. Ditatapnya mukaku lama sekali.
“Darimana kau tahu?” Tentu saja aku tahu, mbok Jar yang menceriatakan
senmuanya. Semua cerita tentang keluarga ibuku dan ayahku. Aku besar karena
cinta dari mbok Jar bukan dari ayah ibuku. Ayah sibuk dengan kerjanya, ibuku
sibuk dengan dirinya sendiri. Mana mereka peduli dengan diriku. Aku menatap
ibuku yang tampak tua dari umurnya. Ibuku tak bahagia dengan hidupnya. Hanya demi
nenek . Hanya demi status orang terpandang dan terkaya. Ah, aku tak beharap sama
nasibku dengan ibuku. Aku tahu mas Sony bukan orang yang kaya tapi aku yakin mas Sony mampu
membahagiakan aku. Membawa keluargaku kelak menjadi keluarga yang sakinah.
Setelah lama terdiam ibu menatapku dengan penuh kasih. Baru pertama kali ini
aku melihat pancaran kasih dalam manik matanya. Tiba-tiba saja ada perasaan
hangat yang menjalar di tubuhku. Aku rindu pelukan ibu.
“Maafkan ibu,” tukasnya sambil
merangkulku dalam pelukannya. Aku menangis dalam pelukannya. Kerinduan yang
lama aku pendam kini pecah dalam balutan air mata yang menetes perlahan dari
kedua pipiku. Begitu lama pelukan ibu. Aku bahagia . Merasakan kasih seoarang
ibu setelah bertahun-tahun aku menunggu cinta dari ibu. Akhirnya ibu melepaskan
pelukannya dan menangguk dengan senyumnya.
“Ibu setuju. Kenalkan ibu dengan
pacarmu. Kalau perlu minta pacarmu untuk melamarmu. Sudah berapa lama kamu
pacaran??? Sudah waktunya kamu berumah tangga,”tukas ibuku. Aku terbelalak
mendengar omongan ibuku.
Semakin hari aku semakin merasakan
kedekatan dengan ibuku. Aku menyadari ibuku salah tapi aku tahu ibuku tak memiliki
cukup cinta untuk bisa mengarungi bahtera penikahannya. Dia hidup dalam sangkar
emas. Tak ada cinta. Dan ibuku juga tak peduli dengan ayahku. Entah ayahku ada
di mana bahkan saat tahu kalau ayah punya istri lagi, ibuku juga tak ambil
peduli. Hatinya sudah mati!!!! Dan aku tahu ibu tak ingin itu terjadi pada diriku.
Dia ingin aku bisa merasakan kebahagiaan dalam pernikahanku kelak.
“Makasih bu.” Aku memeluknya lagi.
Kini aku semakin dekat dengan ibuku. Setelah pulang kerja aku selalu duduk
bersama ibuku untuk banyak bercerita tentang banyak hal. Seolah-olah ingin
mengganti waktu yang banyak hilang sebelumnya. Ah, bahagia sedang menyapaku
kini.
Tapi ternyata seperti kilat yang
menyambar , nenek dan ayah tak setuju dengan pilihanku. Ayahku memilihkan aku
dengan pengusaha anak temannya. Katanya dia bakal jadi pengusaha sukses kelak
yang menjamin hidupku akan bahagia. Aku diam seribu bahasa. Tak sanggup aku
harus merasaakn hidup seperti ibuku.
“Pokoknya aku gak setuju. Biarlah
Sonia memilih pasangan sendiri. Ibu mau Sonia seperti diriku?” ibuku marah pada
nenek.
“Bukannya kamu bahagia?”
“Bahagia?? Ibu lihat aku bahagia???
Ibu gak tahu gimana hatiku remuk dan berharap semua akan baik-baik saja tapi
lihat suamiku punya istri lagi. Apa aku bahagia?” tanya ibuku bertubi-tubi pada
nenek. Nenek tercengang . Tak disangkanya selama ini ibuku memendam banyak
penderitaan Hanya saja ibuku tak mau memperlihatkannya. Ibuku tak ingin
menyakiti perasaan nenek. Tapi sekarang ibuku tak mau peristiwanya terulang
lagi padaku. Ibuku tak ingin.
“Biarkanlah Sonia bahagia, bu. Aku
tak ingin Sonia mengalami apa yang aku alami bu. Tolong bu. Jangan paksa
Sonia,”tangis ibuku memohon pada nenek. Nenek terdiam dan aku melihatnya
meneteskan air mata perlahan. Entah apa yang ada di benaknya kini. Nenek luluh hatinya, tapi tidak dengan ayah,.
Dia tetap ingin aku menikah dengan anak temannya.Saat dia bicara padaku aku
seperti bicara dengan orang asing. Sungguh lucu. Masih punya ikatan tali darah
tapi layaknya orang lain. Bisa-bisanya ia memaksakan kehendaknya padaku. Selama
ini dia kemana saja??? Apa dia ada saat aku sakit??? Apa dia ada saat aku
sedih??? Apa dia ada saat aku ingin merasakann pelukan ayah??? Tak ada sama sekali.
Tiba-tiba saja rumahku seperti bara
yang semakin panas. Perdebatan antara ibu dan ayah semakin runcing. Aku hanya
bisa menonton mereka berdebat. Kadang rasa sedih menimpa dinding hatiku. Tapi
ini sudah biasa. Sudah biasa sendiri tanpa mereka. Sudah biasa tak dianggap
anak oleh mereka. Kini saat aku menentukan pilihan untuk hidupku, tiba-tiba
saja mereka berebut bertengkar untuk hidupku. Lucu sekali. Mereka tampak
seperti badut!!!!!. Ah, sampai kapan ini
berakhir???/ Kalau saja boleh aku minta, aku ingin hidupku noraml seperti
layaknya orang lain. Tidak seperti ini. Kalau saja boleh tapi apa daya semua
itu hanya impian.
“Pokoknya Sonia harus dengan Pram,”teriak
ayah.
“Gak dia sudah punya pilhannya, kalau
tak setuju. Biar Sonia memilih pilihannya,”tukas ibu marah. Aku memandang kedua
orangtuaku. Mereka tampak seperti orang lain yang tak saling mencintai. Dua
orang yang asing satu sama lain. Aku tak sudi hidup seperti mereka.
“Boleh , Sonia pilih pacarnya tapi
aku tak akan memberikan warisan padanya.”ayah marah. Tiab-tiba ayah menatapku
tajam. Aku mengehela nafas dan mulai bicara
padanya.
“Ayah, aku punya pilihan sendiri.
Kalaupun aku tak mendapatkan warisanku, aku tak peduli. Selama ini aku selalu sendiri.
Untungnyaa ada mbok Jar yang menyayangiku.Aku tak peduli dengan harta ayah. Aku
hanya ingin kasih dari kalian berdua untukku. Selama ini aku tak pernah mendapatkannya.
Aku lihat mas Sony bisa memberikan kasih untukku. Aku berharap aku bisa bahagia
dengannya. Aku tak ingin seperti kalian,”tukasku peralahan. Aku pandangi mereka. Mereka terdiam
lama . Entahh apa yang ada dalam benak mereka. Aku berjalan perlahan meninggalkan
mereka. Kalau saja aku boleh meminta aku
ingin mendapatkan kasih sayang dari mereka, ayah ibuku. Kalau saja boleh aku
miminta cintailah aku.....
4 komentar:
1 Desember 2015 pukul 14.10
wah, cinta atau uang memang dilema ya, mak. apalagi kalau dihadapkan pada pilihan yang bersebrangan dengan orang tua. :')
2 Desember 2015 pukul 05.55
serunya BeWe ke blog teman tuh gini, bisa baca cerpen gratis. cinta dan uang hmmm sama-sama penting. semoga sukses untuk kompetisinya mbak
2 Desember 2015 pukul 11.51
betul mbak Ila , yg berhubungan dg ortu itu yg paling berat krn berujung kita durhaka pada ortu
2 Desember 2015 pukul 11.54
iya mbak Wina pilihan yg butuh pertimbangan matang
Posting Komentar