Bingkisan Cinta Untuk Angel

Senin, 02 Mei 2016


         

 Gambar dari sini

              Pagi itu masih gerimis. Aku melangkahkan kakiku menyusuri jalan dengan payung  merahku. Tak kugubris gerimis yang masih rajin membasuh bumi. Celotehan dan kepolosan anak-anak di yayasan anak  penderita HIV  membuatku tetap melangkahkan kakiku walau gerimis masih mengurungku di perjalananku. Tapi anak-anak itu selalu membuatku rindu untuk datang kembali. Kulihat rumah berjendela kuning sudah tampak di depan mataku, anak-anak mulai berlarian menyambutku saat kutiba di depan pagar. Kusalami satu persatu anak-anak mungil dengan segala  celotehannya.
            “ Assalammualaikum adik-adik,”sapaku
            ‘Waalaikum salam kak Mira,” kata mereka serempak.
            “Aku kira kak Mira gak datang,” kata Safa dengan celotehnya yang cadel. Aku menggendongnya ke dalam dan kupeluk erat tubuhnya. Aku mulai mengajarkan anak-anak baca tulis.

            Masih terbayang malaikat mungilku harus pergi karena penyakit HIV yang dia derita saat baru dilahirkan. Aku baru tahu kalau aku tertular HIV saat aku mengandung. Aku tahu suamiku pernah terjerat narkoba , apa ini hukuman bagi keluargaku???? Sungguh beban berat harus kupikul, cercaan dan hinaan dan semua menjauh dariku. Angel malaikat mungilkulah yang membuatku bertahan hidup walau harus banyak pandangan mencibir dari banyak orang. Tak berapa lama berselang aku harus kehilangan suamiku yang pergi karena HIV. Tak ada lagi tempat kubersandar untuk mengurangi rasa sedih lagi, tak ada lagi yang mau mendengarkan suara hatiku . Aku ingat kata-kata terakhirmu untuk menjaga Angel agar dia bisa tumbuh jadi gadis yang cantik. Tapi semua itu sia-sia , setelah harus berbaring sakit di rumah sakit selama enam bulan , Angel harus meninggalkanku dalam kesendirian dalam usianya yang masih dua tahun.

            Kini aku berdiri di sini dengan anak-anak yang positif HIV yang dibuang oleh keluarganya. Bocah cilik yang tak punya dosa harus terpinggirkan karena sakitnya. Sungguh miris hatiku. Aku memandang wajah mereka, terasa sakit di hatiku melihat dan merasakan nasib mereka. Aku melihat jiwa Angel ada di hati anak-anak itu. Kuabdikan diriku untuk anak-anak ini sebagai bingkisan  cintaku untuk Angel. Biarlah Angel tenang di surga sana , akan kukirim bingkisan  cinta buatmu melalui anak-anak malang ini.......

7 komentar:

Eri Udiyawati Says:
2 Mei 2016 pukul 17.26

Penderita HIV itu harusnya jangan dihina dan dicibir, ya, mbak.. tpi mereka harus dirangkul agar hidup lebih baik..

Eri Udiyawati Says:
2 Mei 2016 pukul 17.27

Penderita HIV itu harusnya jangan dihina dan dicibir, ya, mbak.. tpi mereka harus dirangkul agar hidup lebih baik..

Anonim Says:
2 Mei 2016 pukul 21.51

jadi ikutan sedih membacanya..

Merida Merry Says:
3 Mei 2016 pukul 01.58

miris banget ya mba, padahal yang bersalah adalah orangtuanya, tapi yang menjadi korban adalah anak-anak.

Tira Soekardi Says:
3 Mei 2016 pukul 13.36

betul mbak Eri masih ada diskriminasi untuk mereka

Tira Soekardi Says:
3 Mei 2016 pukul 14.15

iya mbak Nova , sedih memang

Tira Soekardi Says:
3 Mei 2016 pukul 14.20

iya mbak Merry makanya kita gak boleh mendiskriminasikan mereka

Posting Komentar