Hujan Turun Saat Aku Dengar Suara Itu

Kamis, 20 Oktober 2016




Gambar dari sini

Masih pagi , terdengar suara rintik hujan mulai turun. Terdengar lagi suara gemuruh geludug dan petir yang mulai bersahutan. Tanda akan hujan lebat kan datang. Banyak orang mengeluh kalau hujan lebat turun, karena banyak yang kesulitan untuk beraktifitas, kecuali diriku. Aku suka dengan hujan, karena saat hujan aku akan mendengar suara-suara itu lagi yang begitu merdu di telingaku. Suara-suara yang mengajakku untuk pergi jauh ke tempat dimana tak akan ada yang menyakiti diriku, tak akan ada yang mencemooh diriku , pokoknya aku akan tinggal bahagia di sana. Aku sungguh tertarik dengan ajakan suara itu. Aku selalu menunggunya saat hujan. Suara itu jelas terdengar di telingaku.

Aku merasa aku anak yang tak diinginkan oleh ibuku. Aku selalu kena marah ibuku semenjak kecil, bahkan aku harus menerima pukulan yang sering melayang di tubuh kecilku sampai aku remaja. Bahkan aku sekarang sudah tak lagi mengenal apa rasa sakit itu saking seringnya aku didera pecutan ibu. Apa salahku ibu??? Kalau ayah meninggalkan ibu , mengapa aku yang disalahkan??  Aku hanya pelampias ibu akan rasa amarahnya pada ayah. Rumah aku bagai neraka bagiku, aku tak mampu pergi dari rumah ini. Aku kasihan ibuku. Dia hanya berteriak-teriak saja tiap hari tak ada yang dia kerjakan , hanya marah dan marah lagi. Tapi aku hanya bisa memandangnya dengan perasaan iba. Sampa suatu saat , saat hujan aku selalu mendengakan suara itu. Suara yang mengajakku untuk pergi ke tempat yang indah. Dan aku makin suka mendengarkan suara merdu di telingaku saat hujan turun. Begitu seterusnya, hujan bagiku adalah anugerah karena aku seperti punya teman untuk bicara .

Dan kini aku masih mendengaran suara itu saat hujan mulai turun di pagi hari. Teriakan marah ibu tertutupi dengan suara-suara itu diantara hujan yang berderai turun.
            “Pergilah dengan aku, kau akan mendapatkan tempat yang baik, bukan di sini.”
            “Aku kasihan dengan ibu.”
            “Kasihan? Kamu tak mendapatkan kasih sayang, kau terluka, pergilah bersamaku.Lukamu sudah terlalu banyak nak. Pergilah denganku.” Suara itu terus memanggilku untuk ikut dengannya. Aku begitu tertarik tapi bagaimana dengan ibuku. Dengan siapa kalau aku pergi?? Tapi suara itu terus bergema di telingaku. Hujan makin deras turun , suara petir bersahutan. Tak terasa aku keluar rumah. Berjalan dengan telanjang kaki , diguyur hujan lebat. Sekujur tubuhku basah. Terus berjalan..... sampai aku merasa tubuhku melayang-layang, seperti burung terbang tinggi. Aku seperti ringan terbawa hembusan angin....terus keangkasa. Aku melihat tempat yang indah. Inilah yang dijanjikan oleh suara itu. Saat aku melihat kebawah, aku melihat tubuhku tergeletak di tanah. 

https://agungrangga.com/2016/10/07/giveaway-cerita-hujan/


6 komentar:

Agung Rangga Says:
20 Oktober 2016 pukul 19.44

Terima kasih sudah mendafar. :D

Sulis Says:
21 Oktober 2016 pukul 10.06

Endingnya sedih. Ihik..

Tira Soekardi Says:
21 Oktober 2016 pukul 12.54

sama-sama mas agung

Tira Soekardi Says:
21 Oktober 2016 pukul 12.57

sedih bunda raka-alya, cuppppp

Edyp Says:
24 Oktober 2016 pukul 21.06

Manstaf :)

Tira Soekardi Says:
25 Oktober 2016 pukul 12.58

makasih mas edy

Posting Komentar