Bulir-Bulir Air Mata

Sabtu, 02 November 2019

Gambar dari sini

Saat ini aku masih berdiri di depan kelas, masih mengajar dengan hati. Masih kutatap sobat-sobat remajaku.Entah mengapa kali ini aku memadang mereka dengan tatapan sedih. Ya, ini terakhir aku berdiri di hadapan mereka, sebetulnya aku tak sanggup , tapi aku menguatkan hatiku untuk berdiri di hadapan mereka. Aku sibuk untuk menahan agar air mata ini tidak tergulir jatuh, aku tak mau memperlihatkan kesedihanku di depan mereka. Mereka tak perlu tahu, betapa rasa sesak di relung hatiku harus meninggalkan mereka , sungguh aku belum ikhlas!

            Memang aku harus meninggalkan apa yang sudah aku cintai bertahun-tahun.Mengajar adalah kecintaanku yang luar biasa karena aku selalu menggunakan hati dan ketulusan untuk mencintai mereka .Mereka kurengkuh dalam kasihku agar bisa bersama-sama meraih mimpi-mimpi mereka. Mungkin kecintaanku ada yang membuat orang lain cemburu. Cemburu kadang membuat rasa dengki yang berlebihan dan mampu menyakiti perasaan orang lain. Sungguh aku tak mau itu terjadi tapi itu semua sudah ada di hadapanku terpampang jelas. Aku tak mungkin menghindar lagi , semua jelas nyata. Tapi , apakah mereka tahu hati yang di luar tampak tegar tapi semua itu salah.Hatiku ringkih, sakit hati yang menyelusup dalam relung hati karena sebaran fitnah untukku , nyatanya sulit kuhapuskan. Aku mulai bertahan semampuku, tapi semua itu tak membuat orang-orang yang cemburu mengendorkan rasanya sehingga hatiku selalu tergores rasa yang membekas membentuk luka yang selalu menganga.

            Renungan panjang dan solat isthikaroh terus kulakukan sampai titik dimana  aku yakin harus pergi. Bukan aku menyerah atau kalah, bukan.Tapi mungkin dengan kepergianku, mereka menyadari bahwa aku di sini bukan mencari materi atau ingin dikenal hebat atau ingin dikenal dekat dengan murid-murid tapi aku hanya ingin berbagi dengan sobat remajaku dengan rasa cinta tulusku.Hijrah itu jalan yang terbaik bagiku, karena aku yakin di luar sana masih banyak anak-anak yang bisa aku bagi kasih tulusku untuk mereka. Kini hanya keiklhasan yang kudengungkan dalam sanubariku. Berat melepaskan sesuatu yang sudah menjadi bagian dari hidupku tapi sungguh aku harus ikhlas!

            Kini saat aku berdiri di hadapan mereka pada saat-saat terakhir , hanya senyum tulus yang bisa kuberikan pada mereka. Pergolakan batin yang amat mendera hampir dua bulan terakhir ini kini tuntas sudah.Kini  aku bisa tersenyum tulus buat mereka dan banyak kata yang bisa kuberikan pada mereka, selamat tinggal sobat remajaku. Aku bahagia bisa bersama dengan kalian. Selamat tinggal dan akan kusambut jendela cintaku untuk banyak anak-anak lain yang membutuhkanku!

2 komentar:

Bang Day Says:
5 November 2019 pukul 19.20

Sedih yah bu, murid2nya sdh pada lulus dan lanjut ke tempat lain. Insya Allah ilmu yang ibu berikan menjadi amal jariah bu. Aamiin

Tira Soekardi Says:
6 November 2019 pukul 11.17

iya bang day, sangat sedih hrs meninggalkan hal yang aku cintai

Posting Komentar