Cerita Sepotong Sandwich

Senin, 11 Mei 2015




            Pagi itu suasana rumah pak Kobar sudah tampak ramai. Celotehan pemilik rumah saling bersahutan, untuk segera beraktivitas kembali. Bu Kobar sibuk membuat sarapan dan sekali-kali menyuruh anak-anaknya untuk segera mempersiapkan mereka untuk pergi ke sekolah. Satu-satu roti diolesin dengan mentega. Bu Kobar gak pernah menggunakan mentega murahan, karena dia pikir keluarganya harus punya asupan gizi yang cukup. Berdasarkan majalah wanita yang sering dia baca, asupan gizi penting terutama untuk anak-anaknya yang masih bersekolah. Sandwich begitu bangga kalau dirinya sangat berjasa untuk keluarga ini. Dia menatap makanan lainnya di atas meja makan.
            “Ah, mama bosan sih sarapannya ini lagi, sekali-kali ganti sih,”tukas Apri. Bu Kobar mendelik pada anaknya.
            “Ini menu sehat yang mama baca. Sudah jangan protes, cepet nanti kau kesiangan.” Bu Kobar masih saja mengomelin anak-anaknya yang sudah mulai bosan dengan menu sandwichnya. Tapi yang ada dipikiran bu Kobar , menu ini yang paling mudah yang dia bisa buat di pagi hari dan sehat tentunya. Bu Kobar tersenyum , kini sarapan untuk keluarganya sudah  tersaji.

            Saat itu di meja makan. Sandiwich tampak murung. Omongan Apri tadi sangat membuat hatinya sakit. Jadi, aku sudah tak diinginkan lagi oleh keluarga ini?? Apalagi sejak Apri berani protes bosan dengan aku, yang lainnpun mulai protes pada bu Kobar.
            “Mengapa hari ini kau murung?” tanya susu yang  dari tadi melihat kedukaan dari sandwich.
            “Entahlah, mereka sudah mulai bosan denganku, apa  aku akan berada lagi di meja makan ini?” Susu juga tadi mendengar protes dari anak-anak bu Kobar. Susu jadi takut kalau dirinya juga akan bernasib sama dengan sandwich. Kalau dia bernasib sama dengan sandwich artinya dia tak akan lagi ada di meja makan bu Kobar. Tamat riwayatnya. Ada rasa perih , susu jadi merasa iba pada sandwich.
            “Mudah-mudahan saja tak akan terjadi. Apalagi kamu itu baik untuk kesehatan keluarga Kobar,” hibur susu. Saus sambal yang sedari tadi diam menimpali kalau sewaktu-waktu harus siap jika manusia sudah tak menginginkan lagi.
            “Apa yang bisa kita perbuat? Ada? Masih untung kita sekarang masih boleh ada di atas meja ini kalau gak?”
“Kamu sih enak, kamu akan selalu ada di atas meja makan,”keluh sandwich pada saus sambal. Semua makanan yang ada di atas meja terdiam. Masing-masing terdiam dengan pemikiran mereka sendiri.

            Terdengar suara yang datang ke arah meja makan. Mereka   menyantap sarapan mereka. Pandangan sedih sandwich menjadi nanar karena  sebagian besar keluarga Kobar hanya melihatnya sekilas . Bahkan ada yang diam-diam membuang ke tong sampah.
            “Arrrgh,” terdengar teriakan sandwich saat dirinya hanya dipermainkan dengan garpu saja. Secangkir kopi memandangnya dengan pandangan sedih. Sandwich merasa ini saatnya dirinya akan berakhir di tong sampah yang bau. Benar saja , tangan-tangan itu mulai membuang sandwich ke tong sampah tanpa sepengetahuan bu Kobar.
            “Tolong,”keluhnya lemah. Bau sampah yang busuk membuatnya ingin keluar dari tong sampah. Kini dia harus bernasib sama dengan sampah-sampah yang lain menjadi bahan yang tak berguna. Sungguh sedih hatinya. Kini masa-masa jayanya hilang. Habis manis sepah dibuang, begitu nasibnya. Mereka sudah tak suka lagi dengannya. Kini sandwich hanya seonggok sampah yang tak berguna!!!!! Semua gak peduli lagi padanya.



 Sumber gambar : http://www.dietrendahkalori.com/cara-gemuk/sarapan-penambah-massa-otot-untuk-yang-ingin-gemuk/

4 komentar:

Gobagi Says:
13 Mei 2015 pukul 01.07

Lucuk ua...

Tira Soekardi Says:
13 Mei 2015 pukul 13.33

masa lucu sih????

dWi Says:
20 Mei 2015 pukul 22.09

gk kebayang ya kalo semua makanan di meja yg dianggurin itu bs bicara kek gini, rameeee deh jadinya, ribuuut $#%$^

Tira Soekardi Says:
22 Mei 2015 pukul 17.20

ya namanya fiksi, mebayangkan kalau makanan bisa bicara dan punay rasa sedih kalau dibuang dan disia-siakan

Posting Komentar