Hadiah Spesial Untukku, Senyum Dinda

Rabu, 06 Mei 2015




             Sore itu aku masih duduk di teras rumah. Angin agak kencang. Menurut orang sekarang lagi musim angin kumbang. Angin yang turun dari  gunung Ciremai. Aku melihat daun yang bergerak berputar-putar karena tertiup angin kencang. Debu berhamburan ke atas dan kembali ke bawah.
            “Masuk ke dalam mam, udara lagi tak enak di luar,”panggil suamiku. .
            “Bentar lagi pah,”tukasku. Aku masih malas untuk masuk. Aku lagi gelisah, Dinda anak bungsuku masih saja terbaring lemah karena panas yang tak turun-turun  sejak dua hari yang lalu. Sudah aku beri obat penurun panas tapi panasnya belum juga turun. Ditambah lagi besok aku akan ulang tahun. Dalam hatiku ingin sekali kali ini suamiku memberikan hadiah ulang tahun . Gak usah mahal-mahal tapi spesial untukku. Sudah hampir sepuluh tahun pernikahan, suamiku belum pernah sekalipun memberikan hadiah spesial untukku.  Pikiranku yang melayang tiba-tiba harus terhenti dengan suara erangan Dinda. Aku segera masuk dan melihat tubuhnya lemah.
            “Makan bubur dulu ya,”tukasku. Dinda menggeleng lemah. Air matanya turun. Suamiku masuk dan menatap Dinda  dengan tatapan sedih.
            “Sudah bawa saja ke dokter. Aku mengangguk setuju. Akhirnya malam itu Dinda aku bawa ke dokter. Menurut dokter sih karena perubahan cuaca yang terjadi belakangan ini. Panas diselingi hujan dan angin membuat daya tahan tubuh Dinda melemah.  Aku sedikit tenang saat malam aku menidurkan Dinda. Obatpun sudah kuberikan walau Dinda belum mau makan. Hanya sepotong roti yang dicelupkan teh hangat manis. Itupun tak semua habis dimakannya.  Belum ada senyum di bibirnya. Celotehannya yang biasa Dinda keluarkan kini hilang begitu saja. Hanya tatapan lemah dan tak berdaya.

            Malam itu saat menidurkan Dinda terpikirkan lagi hadiah yang aku inginkan dari suamiku. Tadi sempatt saat makan malam aku menyindirnya apakah akan ada hadiah untukku kali ini. Dia hanya tersenyum.
            “Paling gak ada kan?” tanyaku merajuk.
            “Sudah tahu , kok masih nanya,”celetuknya. Aku terkesiap. Apa gak pernah dia punya niat untuk memberiku hadiah istimewa untukku. Aku segera membersihkan meja makan dan kembali ke kamar menemani Dinda. Ada sedikit air mata . Aku mengerjap-ngerjapkan mataku agar air mataku tak keluar.
            “Mama menangis? “tukas suamiku saat dia melongok sebentar ke kamar untuk melihat Dinda.
            “Gak,”tukasku berbohong sambil berusaha untuk menahan air mata ini agar tak keluar. Ah, mengapa suamiku kok gak tahu keinginan istrinya sih??? Apa dia demikian cuek atau gak peduli. Aku gak minta yang aneh-aneh tapi hanya sedikit hal yang berbeda saat ulang tahunku. Ah, dia selalu demikian. Hampir sepuluh tahun aku bersamanya memang belum pernah dia memberi hal yang spseial. Halo!!! Kenapa aku murung, seharusnya aku tahu , suamiku tak mungkin memberikan hadiah padaku. Mengapa aku harus berharap banyak????. Aku memandang wajah Dinda. Nafasnya agak berat. Aku cium keningnya dan tertidur di sebelahnya dengan harapan besok ada sesuatu untukku.

            Esoknya aku terbangun oleh kicauan Dinda di sebelahku. Dia sudah tertawa sumringah. Aku pegang dahinya. Sudah turun panasnya.
            “Mama, Dinda sudah sembuh.”celotehnya pagi ini. Senyum Dinda begitu riang.
            “Dinda bisa sekolah kan?” tanyanya. Aku menggelengkan kepala. Dinda agak kecewa.Dinda mengerti saat aku bilang dia harus beristirahat dulu agar tubuhnya lebih segar. Entah mengapa pagi ini hatiku gembira. Melihat senyum Dinda dan tawanya membuat hatiku riang. Tawa riangnya memenuhi hatiku. Sungguh aku sudah melupakan keinginanku untuk mendapatkan hadiah istimewa dari suamiku hari ini. Tawa riang Dinda sudah merupakan hadiah istimewa bagiku. Hadiah ulang tahun kali ini adalah kesembuhan Dinda. Semua keingianku lenyap begitu saja dengan tawa Dinda. Aku gak butuh hadiah apapun , hanya tawa Dinda. Suamiku masuk dan mengecup keningku.
            “Selamat ulang tahun ya,” ucapnya. Aku hanya mengangguk. Paling tidak dia tak lupa akan hari ulang tahunku.. Hadiah istimewaku , senyuman Dinda.......

Sumber gambar : http://www.cantikalamiku.com/cara-menipiskan-bibir-yang-tebal-secara-alami-dan-sehat/


10 komentar:

Meirida Says:
6 Mei 2015 pukul 23.49

waaaa... kok kejadiannya sama kaya' ultahku kemarin.. hhmm.. *menyipitkan mata* jangan-jangan mak Tira nguping yaaa *naluri detektif*..

Tira Soekardi Says:
7 Mei 2015 pukul 13.37

he, he.... gaklah memang begitulah suamiku, tapi dalam diamnya aku tahu dia care sama aku. Melihat anak tersenyum itu lebih berharga daripada hadiah apapun

Icah Banjarmasin Says:
7 Mei 2015 pukul 21.08

Menarik sekali jalan ceritanya..hahhayyy

Psycofun Says:
7 Mei 2015 pukul 22.49

jalan ceritanya bagus
like like like
http://portallifes.blogspot.com

Gobagi Says:
7 Mei 2015 pukul 23.58

asik senyumnya bun...:D

Zefy Arlinda Says:
8 Mei 2015 pukul 03.07

yang namanya senyuman itu memang bisa membawa suasana jadi indah ya mak :)

Tira Soekardi Says:
9 Mei 2015 pukul 02.52

makasih mas Rifki

Tira Soekardi Says:
9 Mei 2015 pukul 02.53

gobagi, senyum itu ibadah loh jadi harus asik

Tira Soekardi Says:
9 Mei 2015 pukul 02.54

Mak Zefi, betul lihat senyuman orang akan membuat suasana jadi riang

Tira Soekardi Says:
9 Mei 2015 pukul 02.55

makasih mas Icah

Posting Komentar