Gambar ada di sini
Dulu waktu aku kecil, surat menyurat masih sangat populer bahkan
kalau mau memberi kabar walau dalam satu kota, ya pakai surat, karena waktu itu
belum ada ponsel yang bisa menghubungi banyak orang. Dan jasa pos sangat
dibutuhkan agar komunikasi manusia bisa lancar. Aku selalu mengagumi pekerjaan
tukang pos, entah mengapa, karena dedikasi yang tinggi membuatnya menjadi sosok
yang membuatku kagum. Dulu pak pos hanya berkendaraan sepeda, bisa terbayangkan
kalau jarak yang harus ditempuh sangat jauh, mungkin kakinya bakal gempor. Aku paling suka menunggu surat datang, sensasi
yang terjadi sagat unik dan sampai
sekarang masih terekam dalam benakku.
“Neng, ini
ada surat,” tegurnya saat aku ada di teras rumahku dan aku segera bergegas
menghampirinya. Pak pos akan memberikan surat itu padaku. Setiap anggota
keluarga mendapat surat pasti selalu senang apalagi kalau mendapat kabar
gembira. Dan saat itu aku juga punya banyak sahabat pena baik di dalam negeri
maupun luar negeri dan aku selalu setia menunggu pak pos datang.
“Neng,ada
surat dari Malaysia,” teriak pak pos, aku langsung berlari melesat keluar untuk
mengambil surat dari teman penaku, dan pas pos tampak tersenyum saat melihatku
tertawa bahagia.
“Pak pos,
kenapa senyum-seyum sih, dih pak pos aku jadi malu loh,” aku menunggu
jawabannya.
“Iya neng,
saya paling suka kalau penerima surat selalu gembira saat menerima surat,
rasanya saya gak sia-sia mengantarkan surat ini.” Aku tertawa padanya, benar
juga ya, kebahagiaan pak pos akan terasa jika yang menerima surat juga turut
senang, aku jadi terharu. Di saat lain , saat aku terbagun dari tidur siangku,
aku mendengar di teras rumahku ada suara gemercik , saat kulihat pak pos sedang
berteduh karena hujan lebat. Aku segera membukakan pintu depan dan mengajaknya
masuk rumah.
“Pak, masuk
dulu ya, nanti makin basah,” aku mempersilahkan pak pos untuk masuk.
“Makasih
neng.” Pak pos masuk dan aku berlari ke dapur dan menyediakan secangkir teh
hangat agar tubuh pak pos hangat setelah kehujanan.
“Duh, jadi
merepotkan neng,” ujarnya sambil minum teh yang kusediakan dengan pancaran
matanya yang memberitahuku kalau dia sangat terbantu dengan teh hangatnya.
Saat kini
teknologi ponsel sudah banyak digunakan , banyak orang sudah jarang menulis
surat, tapi aku tetap suka sekali menunggu pak pos datang. Banyak kiriman buku
karyaku atau pesanan buku atau kiriman hadiah menang lomba atau giveaway yang
dikirim melalui jasa pos. Aku sangat mengenal pak posnya, sangat ramah dan saat
berteriak menandakan ada kiriman buatku terasa seperti lagu merdu di telingaku.
“Bu, bu ada
paket buku lagi,” teriaknya kalau aku tak mendengarnya. Kalau aku sedang tak
ada di rumah ,kalau paketnya kecil suka dimasukkan dalam kotak surat dan pak
pos akan memberikan pesan lewat ponsel kalau paketnya ada di kotak pos. Aku
sangat berterimakasih dengan jasanya, banyak kiriman buku dan hadiah yang
sampai dengan selamat tanpa ada yang rusak. Bahkan saat aku ke luar kota, pak
pos seringkali beberapa kali bolak balik datang ke rumahku. Tapi saat sudah
bertemu denganku ,sedikitpun dia tak pernah mengeluh karena aku tak ada.
“Pak, lain
kali kalau aku gak ada titipkan saja paketnya di rumah sebelah, aku sudah
bilang sama tetangga sebelah kok,” ujarku. Pak pos mengangguk setuju atas
usulanku. Wah, ternyata dari dulu aku selalu mengaguumi pekerjaan pak pos,
menurutku mereka adalah sosok yang hebat, diantara polusi udara yang tinggi,
mereka berjuang mengantarkan kiriman , belum lagi kalau hujan yang menderanya.
Bahkan yang paling sulit itu mencari alamat apalagi alamat yang tidak ditandai
dengan kodepos atau tidak jelas menulisnya. Tapi sampai saat ini aku belum
pernah melihat wajah pak pos kesal saat mengirimkan kirimannya, senyumannya selalu tampak di wajah lelahnya.
Menurutku sosok yang hebat itu tidak selalu orang-orang yang sukses di dunia
kerjanya atau punya jabatan yang tinggi tapi pak pos juga merupakan sosok
terhebat bagiku, dia sudah banyak mengorbankan waktu dan harus berrtempur
dengan cuaca, macetnya jalan, polusi bahkan harus menerima cacian penerima
kalau tidak puas dengan jasanya. Masih terngiang suara sepeda pak pos jaman aku
kecil yang masih terekam dalam benakku.
“Kring...kring...pak
pos datang.” Dialah sosok terhebat yang
tak pernah mengenal lelah menghantarkan kiriman pada pelanggannya.
Ini cerpen karyaku yang sudah dibukukan di antologi Sosok Terhebat. Aku tuliskan lagi untuk memperingati hari pos yang jatuh pada tanggal 9 Oktober
6 komentar:
4 Oktober 2015 pukul 18.08
Cerita yang menarik mbak Tira :)
5 Oktober 2015 pukul 12.45
makasih mas Last boy
8 Oktober 2015 pukul 04.23
Jadi inget dulu pak pos selalu kutunggu kedatangannya, menunggu surat2 dari para sahabat penaku :)
8 Oktober 2015 pukul 12.46
betul mbka, pak pos itu selalu ditunggu karena nunggu surat dari sahabat pena
13 Mei 2016 pukul 02.57
Dulunya pak pos sering kirim surat, sekarang lebih sering kirim paket
hehehe
13 Mei 2016 pukul 14.10
iya sekaarng pak pos sudah jarang kirim surat, lebih banyak paket. jadi akngen masa2 dulu dapat surat apalagi surat cinta mas Zulfan
Posting Komentar