Gambar dari sini
Secangkir
kopi susu menemaniku di sebuah cafe di kawasan dago utara. Terdengar lagu yang
sering menggelitik hatiku, entah mengapa lagu ini seperti menyindirku. Kunto Aji
dengan lagunya Terlalu Lama Sendiri. Dentingan gitarnya membuat sedikit nyinyiran
di hatiku. Benar-benar bikin sentilan yang kadang menyakitkan, kadang ingin
keluar dari kesendirian. Tapi apakah mungkin?????? Aku seruput lagi kopi
susuku, hangat terasa di tenggorokanku. Aku kembali memalingkan wajahku saat
aku melihat sepasang kekasih yang sedang bercengkerama , tawa renyah terlihat
dari wajah mereka. Ah, ada rasa iri dan sakit di hatiku. Aku masih sendiri
saja. Suara Kunto Aji masih terdengar sayup-sayup
Sudah terlalu lama sendiri
Sudah terlalu lama aku asyik sendiri
Lama tak ada yang menemani rasanya
Sudah terlalu asyik sendiri
Sudah terlalu asyik dengan duniaku sendiri
Lama tak ada yang menemani rasanya
Sudah terlalu lama aku asyik sendiri
Lama tak ada yang menemani rasanya
Sudah terlalu asyik sendiri
Sudah terlalu asyik dengan duniaku sendiri
Lama tak ada yang menemani rasanya
Betul-betul menggelitik hati . Ah, sampai kapan aku harus
asyik sendiri??? Rasanya masih saja
sakit hatiku terasa sampai sekarang. Pikiranku mererawang ke masa lalu....
Dulu aku
pernah bersama laki-laki yang aku sungguh mencintainya . Luki bagiku adalah
cowok sempurna. Dengan dirinya aku sebagai perempuan sangat tersanjung. Dia membuatku
selalu berada di atas awang-awang. Bagiku itu membuatku terlena dengan
kata-kata manisnya. Menurutku Luki sangat romantis.... Sampai sahabatku
mengingatkan aku untuk berhati-hati dengan sanjungan Luki. Aku menatap tak
percaya pada sahabatku Lena. Ada apa dengannya????
“Gita, kamu
terlalu tersanjung dengan keromantisan Luki. Apa ada yang aneh gak dengan sikap
Luki?” tanya Lena padaku suatu saat. Aku terpana sejenak dan aku justru
menyemprotnya dengan kata-kata pedas.
“Apa-apaan
sih kamu. Kamu hanya iri Lena.” Terus aku mengomelinya sampai aku mengeluarkan
kata-kata yang sanggup membuat wajah Lena pucat.
“Aku gak
nyangka ya , kamu tega menuduhku seperti itu Git? kalau kamu gak mau
mendengarkanmu, okelah,”tukasnya. Aku mengedikan bahuku, tapi setelah itu aku
gak pernah mau bertemu lagi dengan Lena. Menurutku dia terlalu banyak turut campur
dalam hubunganku dengan Luki. Beberapa kali Lena mengajakku baikan tapi entah
hatiku sudah sakit hati padanya. Sampai aku akhirnya harus terpana dan tak
sanggup lagi berkata-kata . saat Luki memutuskan aku secara pihak. Tanpa alasan
tertentu. Aku marah besar. Aku mencintainya , tapi mengapa dia memutuskan aku.
Bagaimana dia bisa mengucapakan kata-kata manis dan romantis untukku?????
Ternyata Luki lebih memilih menikahi perempuan lain. Sungguh aku tak bisa percaya
dengan semua ini. Kini aku menemani diriku dengan kesendirian panjang. Masih terlena
dengan hatiku ... Sakit terasa pilu yang tak pernah sembuh. Luka yang merobek
sebagian hatiku. Luka yang sulit untuk aku sembuhkan. Sekarang aku sering
menikmati kesendirianku. Lama-lama aku terlalu betah sendiri. Meresapi luka di
hati dengan kesendirian. Menikmati dengan secangkir kopi susu dari kafe ke kafe lainnya. Dengan satu
lagu Kunto Aji yang akan menemaniku selalu.
Bukan tanpa nyali
Sadar aku begini
Apa yang di depan mata tak seperti yang engkau kira
Oh bahwa sesungguhnya pintu hati menunggu terbuka
Sadar aku begini
Apa yang di depan mata tak seperti yang engkau kira
Oh bahwa sesungguhnya pintu hati menunggu terbuka
Oh, bahwa sesungguhnya pintu hati
menunggu terbuka.... Ah, kapan saat pintu hatiku terbuka kembali??? Sakit ini
masih tersimpan di sudut hati yang terdalam . Ah, aku masih ingin menikmati kesendirianku.
Aku tersentak saat ada yang
menyentuh pundakku. Aku menoleh dan tampak Lena dengan senyumnya.
“Boleh aku menemanimu?” Aku hanya mampu menganggukan kepalaku. Lena
berada di sisiku dengan secangkir kopi susu hangat juga. Kami diam dalam bisu
yang panjang... Tak ada kata yang keluar dari mulut ini, hanya suara denting
musik yang melantunkan suara Kunto Aji. Saat selesai lagu berlalu, aku
tersentak kaget. Ah, aku masih sendiri juga sampai hari ini.
“Maafkan aku Lena. Masih mau
menemaniku di hari-hari sepiku?” tanyaku.
“Tentu Git. Aku kan menemani sepimu
sampai kau membuka hatimu untuk pria lain.” Lena tersenyum. Cukup sudah
senyumnya menenangkan hatiku. Walau kini aku tetap sendiri, biarlah waktu yang
bisa membuka hatiku. Biarlah aku di sini dengan lagunya Kunto Aji. Tetap sendiri,
terdengar suaranya mengalun lembut , terus terdengar di telingaku.....
8 komentar:
10 Oktober 2015 pukul 15.40
hai kakak soekardi maaf...
saya menyimak dengan cukup serius.. isinya sangat bagus. aku suka dengan tokoh perempuannya itu. pokomya the best lah
11 Oktober 2015 pukul 14.04
makasih mas Fikri
11 Oktober 2015 pukul 20.30
Cakep ceritanya mbak, tapi temanya umum ya, hehe...
11 Oktober 2015 pukul 21.40
Lena rupanya punya jiwa yang besar ya
12 Oktober 2015 pukul 04.15
Sudah terlalu lama ku sendiri...duuuuh jleeeb
12 Oktober 2015 pukul 12.56
mbak Hidayah , ini disuruh cerita berdasarkan lagu.kebebtulan aku suka banget sama Kunto Aji dengan lagunya terlalu lama sendiri, jadi ya ceriatnya akhirnya seperti itu
12 Oktober 2015 pukul 12.59
yup mbak Pratiwi
12 Oktober 2015 pukul 13.01
iya mbak Titis itu lagunya KUnto Aji memang jleb banget syairnya , sangat dalam
Posting Komentar