Masih Sendiri

Kamis, 08 Oktober 2015




 Gambar dari sini

        Secangkir kopi susu menemaniku di sebuah cafe di kawasan dago utara. Terdengar lagu yang sering menggelitik hatiku, entah mengapa lagu ini seperti menyindirku. Kunto Aji dengan lagunya Terlalu Lama Sendiri. Dentingan gitarnya membuat sedikit nyinyiran di hatiku. Benar-benar bikin sentilan yang kadang menyakitkan, kadang ingin keluar dari kesendirian. Tapi apakah mungkin?????? Aku seruput lagi kopi susuku, hangat terasa di tenggorokanku. Aku kembali memalingkan wajahku saat aku melihat sepasang kekasih yang sedang bercengkerama , tawa renyah terlihat dari wajah mereka. Ah, ada rasa iri dan sakit di hatiku. Aku masih sendiri saja. Suara Kunto Aji masih terdengar sayup-sayup

Sudah terlalu lama sendiri
Sudah terlalu lama aku asyik sendiri
Lama tak ada yang menemani rasanya
Sudah terlalu asyik sendiri
Sudah terlalu asyik dengan duniaku sendiri
Lama tak ada yang menemani rasanya

Betul-betul menggelitik hati . Ah, sampai kapan aku harus asyik sendiri???  Rasanya masih saja sakit hatiku terasa sampai sekarang. Pikiranku mererawang ke masa lalu....

            Dulu aku pernah bersama laki-laki yang aku sungguh mencintainya . Luki bagiku adalah cowok sempurna. Dengan dirinya aku sebagai perempuan sangat tersanjung. Dia membuatku selalu berada di atas awang-awang. Bagiku itu membuatku terlena dengan kata-kata manisnya. Menurutku Luki sangat romantis.... Sampai sahabatku mengingatkan aku untuk berhati-hati dengan sanjungan Luki. Aku menatap tak percaya pada sahabatku Lena. Ada apa dengannya????
            “Gita, kamu terlalu tersanjung dengan keromantisan Luki. Apa ada yang aneh gak dengan sikap Luki?” tanya Lena padaku suatu saat. Aku terpana sejenak dan aku justru menyemprotnya dengan kata-kata pedas.
            “Apa-apaan sih kamu. Kamu hanya iri Lena.” Terus aku mengomelinya sampai aku mengeluarkan kata-kata yang sanggup membuat wajah Lena pucat.
            “Aku gak nyangka ya , kamu tega menuduhku seperti itu Git? kalau kamu gak mau mendengarkanmu, okelah,”tukasnya. Aku mengedikan bahuku, tapi setelah itu aku gak pernah mau bertemu lagi dengan Lena. Menurutku dia terlalu banyak turut campur dalam hubunganku dengan Luki. Beberapa kali Lena mengajakku baikan tapi entah hatiku sudah sakit hati padanya. Sampai aku akhirnya harus terpana dan tak sanggup lagi berkata-kata . saat Luki memutuskan aku secara pihak. Tanpa alasan tertentu. Aku marah besar. Aku mencintainya , tapi mengapa dia memutuskan aku. Bagaimana dia bisa mengucapakan kata-kata manis dan romantis untukku????? Ternyata Luki lebih memilih menikahi perempuan lain. Sungguh aku tak bisa percaya dengan semua ini. Kini aku menemani diriku dengan kesendirian panjang. Masih terlena dengan hatiku ... Sakit terasa pilu yang tak pernah sembuh. Luka yang merobek sebagian hatiku. Luka yang sulit untuk aku sembuhkan. Sekarang aku sering menikmati kesendirianku. Lama-lama aku terlalu betah sendiri. Meresapi luka di hati dengan kesendirian. Menikmati dengan secangkir kopi  susu dari kafe ke kafe lainnya. Dengan satu lagu Kunto Aji yang akan menemaniku selalu.
Bukan tanpa nyali
Sadar aku begini
Apa yang di depan mata tak seperti yang engkau kira
Oh bahwa sesungguhnya pintu hati menunggu terbuka
            Oh, bahwa sesungguhnya pintu hati menunggu terbuka.... Ah, kapan saat pintu hatiku terbuka kembali??? Sakit ini masih tersimpan di sudut hati yang terdalam . Ah, aku masih ingin menikmati kesendirianku.

            Aku tersentak saat ada yang menyentuh pundakku. Aku menoleh dan tampak Lena dengan senyumnya.
            “Boleh aku menemanimu?” Aku  hanya mampu menganggukan kepalaku. Lena berada di sisiku dengan secangkir kopi susu hangat juga. Kami diam dalam bisu yang panjang... Tak ada kata yang keluar dari mulut ini, hanya suara denting musik yang melantunkan suara Kunto Aji. Saat selesai lagu berlalu, aku tersentak kaget. Ah, aku masih sendiri juga sampai hari ini.
            “Maafkan aku Lena. Masih mau menemaniku di hari-hari sepiku?” tanyaku.
            “Tentu Git. Aku kan menemani sepimu sampai kau membuka hatimu untuk pria lain.” Lena tersenyum. Cukup sudah senyumnya menenangkan hatiku. Walau kini aku tetap sendiri, biarlah waktu yang bisa membuka hatiku. Biarlah aku di sini dengan lagunya Kunto Aji. Tetap sendiri, terdengar suaranya mengalun lembut , terus terdengar di telingaku.....

http://www.adittyaregas.com/2015/09/1th-diary-anak-magang.html


8 komentar:

Mukhofas Al-Fikri Says:
10 Oktober 2015 pukul 15.40

hai kakak soekardi maaf...
saya menyimak dengan cukup serius.. isinya sangat bagus. aku suka dengan tokoh perempuannya itu. pokomya the best lah

Tira Soekardi Says:
11 Oktober 2015 pukul 14.04

makasih mas Fikri

Hidayah Sulistyowati Says:
11 Oktober 2015 pukul 20.30

Cakep ceritanya mbak, tapi temanya umum ya, hehe...

Mbul Kecil Says:
11 Oktober 2015 pukul 21.40

Lena rupanya punya jiwa yang besar ya

Titis Ayuningsih Says:
12 Oktober 2015 pukul 04.15

Sudah terlalu lama ku sendiri...duuuuh jleeeb

Tira Soekardi Says:
12 Oktober 2015 pukul 12.56

mbak Hidayah , ini disuruh cerita berdasarkan lagu.kebebtulan aku suka banget sama Kunto Aji dengan lagunya terlalu lama sendiri, jadi ya ceriatnya akhirnya seperti itu

Tira Soekardi Says:
12 Oktober 2015 pukul 12.59

yup mbak Pratiwi

Tira Soekardi Says:
12 Oktober 2015 pukul 13.01

iya mbak Titis itu lagunya KUnto Aji memang jleb banget syairnya , sangat dalam

Posting Komentar