Aku Ingin Bersama Bapak

Sabtu, 10 Desember 2016


    
      
            “Tidak bu, aku tetap pergi.”
           “Tidak bisa begitu Dinda. Kamu jangan terbawa emosi , dengarkan ibu dulu.”
           “Sudah bu, aku tak mau dipaksa, aku tetap akan pergi ke kota. Aku mau  kejar impianku.” Aku tetap ngotot untuk pergi .  Aku terbangun dari lamunanku. Aku hanya termangu melihat jenasah ibu terbujur kaku.  Aku masih tak menyangka ibu akan secepat ini pergi . Aku baru saja akan menunjukan keberhasilanku meraih mimpiku di kota, tapi apa artinya semaua ini??? Ibu terbujur kaku di hadapanku . Sungguh perasaanku campur aduk. Aku menaruh kepalaku di dadanya. Ingin aku mendengarkan suara ibu lagi. Hampir 8 tahun aku pergi tanpa pernah pulang. Kemarahanku pada ibu membuatku menjadi kepala batu. Berapa kali ibu menyuruhku pulang, paling tidak saat lebaran. Tapi semua itu tak membuat hatiku luluh. Hatiku sekeras batu. Niatku untuk pulang kalau sudah berhasil menutup nuraniku. Dulu aku sering berbaring di dada ibu apalagi saat aku punya masalah. Ibu akan selalu mengelus kepalaku.
            “Makan dulu nak,”tukas bapak mengelus kepalaku.
            “Belum lapar pak.” Aku membaringkan kepalaku lagi di dada ibu.

            Aku ingat saat lulus SMA, aku ingin melanjutkan sekolah ke kota , tapi ibu tak mengijinkan . Alasan yang tak masuk akal. Alasan ibu sudah tua, karena aku anak tunggal dan ibu ingin aku di desa untuk meneruskan usaha bapak.  Bapak hanya diam, dia hanya diam saja, tanpa bicara Tapi aku memang termasuk orang yang keras kepala. Betul-betul aku pergi dari rumah di suatu malam . Secara diam-diam. Tapi saat aku akan membuka pintu, aku melihat bapak menatapku tajam. Dan bapak hanya memeluk erat dan menganggukan kepala padaku.
            “Pergilah nak, capai mimpimu. Tapi kalau sudah kamu pulang ke mari, ibu dan bapak akan merindukan kamu.” Aku menangis dalam pelukan bapak. Sunguh aku berterimakasih untuk pengertian bapak. Tapi memang aku si keras kepala. Aku tak pernah mau pulang ke rumah , bahkan bapak beberapa kali menyuruhku menengok ibu tapi aku tetap pada pendirianku. Tak akan pulang sebelum aku sukses. Aku ingin membuktikan kalau aku bisa meraih impianku pada ibu. Aku tak pernah tahu kondisi ibu seperti apa setelah aku pergi. Ini salah satu kesalahan besarku. Ibu semenjak aku pergi sering sakit-sakitan sampai ibu meninggal.


            Sampai suatu saat aku merasa aku harus pulang. Tapi sebelum aku pulang bapak mengabarkan ibu meninggal. Semua terasa menyakitkan. Ibu pergi sebelum melihatku sukses. Ah, ibu mengapa kau pulang secepat ini. Aku masih berbaring di dadanyaa. Tapi  bapak merangkulku karena ibu harus dimakamkan.  Sudah lima hari ibu gak ada, hatiku masih sakit. Rasa rinduku terasa menyakitkan dalam hati. Aku harus menahan rindu pada ibu hanya agar aku bisa menunjukkan keberhasilanku. Ah, ibu....., aku kini benar-benar merindukanmu.
            “Nak,” tukas bapak. Aku menatap bapak. Bapak terlihat tua. Bapak sudah tak segesit dulu. Dan aku merasa iba melihatnya, apalagi ibu sudah tak ada. Ada yang mengelitik di hatiku. Apakah aku tega meningglkan bapak untuk kedua kalinya??? Tapi ini tanpa ada ibu di sisi bapak.
            “Pak, aku akan tingal di sini menemani bapak. Aku tak mau bapak sendirian . Aku  ingin menemani bapak.” Aku sudah tak memikirkan lagi pekerjaanku di kota, yang tinggal rasa rinduku untuk kembali berkumpul dengan bapak.  Bapak mengelus kepalaku dan aku merasakan air mata bapak jatuh di kepalaku.
            “Kalau kau mau tinggal  asal kamu suka, tapi kalau kau lebih memilih di kota bapak tak akan melarangmu.”tukasnya. Aku peluk lagi erat bapak, aku tak mau lagi kehilangan orang yang aku cintai. Aku ingin selalu dekat dengan bapak . Aku ingin bersamanya sambil aku melupakan kesedihan akan kehilangan ibu. Bersama bapak aku yakin perasaan bersalah aku pada ibu akan hilang.


 Gambar dari sini

           

2 komentar:

Kurazone Net Says:
12 Desember 2016 pukul 12.29

Kisah yg mengharukan gan.. Dalam mencapai impian memanglah diperlukan pengorbanan..

Tira Soekardi Says:
13 Desember 2016 pukul 11.24

betul sota zone, bahkan dengan kepahitan sekalipun

Posting Komentar